BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Tingkat
pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang
relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di Indonesia menjadi semakin
serius. Masalah ini di pandang lebih serius lagi bagi mereka yang berusia 15-24
tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan. Karena mereka merasa
pendidikan yang sudah mereka dapatkan, ternyata belum dapat menjamin mereka
dapat bekerja. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah
lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga
kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga
kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
1.
fenomena pengangguran juga berkaitan
erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara
lain;
2.
perusahaan yang menutup/mengurangi
bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,
3.
peraturan yang menghambat inventasi,
4.
hambatan dalam proses ekspor impor,
dll.
Sejak krisis pada
pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak
itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen.
Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika
pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap
pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400
ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya
akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata
2,5 juta pertahun. Dari tahun ke tahun, pengangguran di Indonesia semakin
bertambah, hal tersebut mengakibatkan kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi
Indonesia.
1.2.
Rumusan
Masalah
Seperti yang
telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Apa definisi pengangguran?
2.
Bagaimana hubungan antara jumlah
penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja dan kesempatan kerja?
3.
Bagaimana anatomi pengangguran?
4.
Apa saja jenis-jenis pengangguran?
5.
Apa yang menjadi penyebab masalah
pengangguran?
6.
Apakah dampak yang diakibatkan dari
pengangguran?
7.
Apakah peran kebijakan pemerintah
dalam mengatasi pengangguran?
8.
Bagaimana upaya untuk mengatasi
pengangguran?
1.3.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulis
membuat makalah yang berjudul “Pengangguran” adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui hubungan antara jumlah
penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja, dan kesempatan kerja.
2.
Mengetahui definisi pengangguran.
3.
Mengetahui anatomi pengangguran.
4.
Mengetahui jenis-jenis pengangguran.
5.
Mengetahui dampak yang diakibatkan
dari pengangguran.
6.
Mengetahui peran kebijakan pemerintah
dalam mengatasi pengangguran, dan
7.
Mengetahui upaya untuk mengatasi
pengangguran.
1.4.
Sistematika
Penulisan
Makalah masalah
Pengangguran ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini
dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada bab ini
terdapat pembahasan yang terdiri dari definisi pengangguran, jenis-jenis
pengangguran, penyebab masalah pengangguran, dampak yang diakibatkan dari
pengangguran, peran kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran, dan
upaya untuk mengatasi pengangguran.
Bab III Penutup
Bab terakhir ini
memuat kesimpulan dan saran terhadap masalah pengangguran di Indonesia.
Daftar Pustaka
Pada bagian ini
berisi referensi-referensi dari berbagai media yang penulis gunakan
untukpembuatan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengangguran
Orang yang
menganggur didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan secara aktif
mencari pekerjaan selama 4 minggu sebelumnya, atau sedang menunggu dipanggil
kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan atau sedang menunggu untuk
melapor pada pekerjaan yang baru di dalam waktu 4 minggu. Syarat sedang mencari
pekerjaan dalam 4 minggu yang lalu adalah untuk mencoba menyakinkan bahwa orang
tersebut secara aktif tertarik pada suatu pekerjaan dan tidak semata-mata mencerminkan
keinginan jika suatu pekerjaan kebetulan akan muncul.
Definisi Pengangguran
Pengangguran sendiri memilki banyak definisi.
Adapun beberapa definisi arti pengangguran diantaranya:
Menurut Sadono Sukirno (355:2004)
Pengangguran
adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Menurut Ida Bagoes Mantra
Pengangguran
adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang
aktif mencari pekerjaan.
Menurut Dumairy
Pengangguran
adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap ibarat orang yang tidak
bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.
Menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran
adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama
sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan
berusaha memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan istilah umum dari pusat dan
latihan tenaga kerja
Pengangguran
adalah orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang
meskipun dapat dan mampu melakukan kerja.
Menurut Menakertrans
Pengangguran
adalah orang yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu
usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan.
Jika peningkatan
jumlah angkatan kerja di suatu negara tidak diimbangi dengan peningkatan daya
serap lapangan kerja, maka tingkat pengangguran di negara tersebut tinggi.
Sebaliknya, jika peningkatan jumlah angkatan kerja diimbangi dengan peningkatan
daya serap lapangan kerja, maka tingkat penganggurannya rendah. Tingkat
pengangguran itu sendiri adalah perbandingan antara jumlah penganggur dan
jumlah angkatan kerja dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk
persentase.
2.2.
Hubungan
Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Kesempatan Kerja
Jumlah penduduk
adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah negara. Penduduk suatu
negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok penduduk usia kerja
(tenaga kerja) dan kelompok penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja
(tenaga kerja) untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah penduduk
yang berusia 15 tahun ke atas. Sedangkan di negaranegara maju, penduduk usia
kerja (tenaga kerja) adalah penduduk yang berusia antara 15 dan 64 tahun.
Untuk
negara-negara berkembang seperti Indonesia, penduduk bukan usia kerja adalah
penduduk yang berumur 0 hingga 14 tahun. Sedangkan, untuk negaranegara maju
penduduk bukan usia kerja adalah mereka yang berumur 0 hingga 14 tahun dan
mereka yang berumur 64 tahun ke atas.
Tenaga kerja juga
dapat di bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun
ke atas), baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja. Kelompok ini biasa
disebut sebagai kelompok usia produktif.
Namun, tidak
semua angkatan kerja dalam suatu negara mendapat kesempatan bekerja.
Keesempatan kerja adalah
tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan.
Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang
berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak”. Dari bunyi Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 itu jelas bahwa pemerintah
Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan lapangan kerja.
|
Angkatan kerja
membutuhkan lapangan pekerjaan. Namun umumnya, baik negara berkembang maupun
negara maju, laju pertumbuhan penduduk (termasuk angkatan kerjanya) lebih besar
daripada laju pertumbuhan lapangan kerja. Oleh karena itu, dari sekian banyak
angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur. Dengan
demikian, kesempatan kerja dan pengangguran berhubungan erat dengan tersedianya
lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia di
suatu negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif,
sehingga semakin kecil tingkat pengangguran. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan
kerja di suatu negara, semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia
produktif, sehingga semakin tinggi tingkat pengangguran. Mereka yang tidak
bekerja disebut penganggur. Penganggur adalah penduduk yang tidak bekerja,
sedang mencari kerja, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru.
Adapun upaya peningkatan kualitas kerja dapat
dilakukan melalui :
1. Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja, misalnya
melalui latihan kerja,
2. Pengelolaan Prestasi Tenaga Kerja,
misalnya dengan meningkatkan profesionalisme,
3. Pengelolaan Fungsi Sumber Daya Manusia,
misalnya peningkatan gizi, kesehatan dan kulitas mental dan spiritual.
2.3.
Anatomi
Pengangguran
Anatomi pengangguran dibentuk sekitar 3 faktor
pokok dari perilaku pengangguran, yaitu:
1.
Terdapat arus keluar masuk yang besar
dari individu-individu dari pengangguran setiap bulan, dan sebagian besar
orang-orang yang menjadi penganggur dalam tiap bulan tertentu tetap menganggur
hanya untuk waktu yang singkat.
2.
Banyak diantara para penganggur
merupakan orang-orang yang akan menjadi menganggur untuk waktu yang sangat
lama.
3.
Terdapat perbedaan yang besar dari
tingkat pengangguran pada kelompokkelompok yang berbeda dalam angkatan kerja.
2.4.
Lamanya
Pengangguran
Masa pengangguran
didefinisikan sebagai periode dimana seseorang tetap terus menganggur. Dengan
tingkat pengangguran yang tertentu, semakin singkat masa pengangguran dimana
individu itu menganggur, semakin besar arus tersebut. Misalnya, dalam suatu
kasus menemukan tingkat pengangguran 10 persen dengan 5 orang menjadi
menganggur selama 1 bulan tepat. Namun, 4 dari 5 masa menganggur berakhir dalam
sebulan, sedangkan 1 dari 5 berakhir 6 bulan dan masa pengangguran menyeluruh
rata-rata berakhir kurang dari 2 bulan. Akibatnya, ada gerakan keluar masuk
yang besar dari tenaga kerja melalui pool pengangguran.
2.5.
Tingkat
Pengangguran dan Waktu Menganggur
Lamanya rata-rata
dari masa pengangguran adalah sangat singkat, kurang lebih 2 bulan dan sebagian
besar masa pengangguran berakhir di dalam sebulan. Tetapi, masih banyak
orang-orang yang menganggur dalam jangka waktu yang lama.
Jadi, memang dengan mengetahui fakta bahwa
masa pengangguran berakhir bilamana seseorang ditarik dari angkatan kerja atau
mendapatkan pekerjaan, adalah mungkin bagi seseorang untuk mengalami beberapa
masa-masa pengangguran di dalam setahun dan benar-benar tidak bekerja sama
sekali dalam tahun ini.
2.6.
Frekuensi
Pengangguran
Frekuensi
pengangguran adalah jumlah waktu rata-rata per peiode dimana pekerja-pekerja
itu menjadi penganggur. Ada dua faktor penentu yang poko dari frekuensi
pengangguran, yaitu : yang pertama adalah perubahan permintaan akan tenaga
kerja pada perusahaan-perusahaan yang berbeda di dalam perekonomian. faktor
penentu kedua dalah tingakat dimana para pekerja baru memasuki angkatan kerja.
Semakin cepat para pekerja baru memasuki angkatan kerja, maka semakin cepat
laju pertumbuhan angkatan kerja dan semakin tinggi tingakat penganggurannya.
Bahkan, apabila permintaan agregat adalah konstan, beberapa perusahaan
bertumbuh dan beberapa menurun. Perusahaan yang menurun akan kehilangan tenaga
kerja dan perusahaan yang bertumbuh akan menyewa tenaga kerja lebih banyak.
2.7. Jenis-Jenis Pengangguran
1.
Pengangguran Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam
kerja, pengangguran dibedakan menjadi 2 yaitu,
a.
Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu
mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau
masih bersedia menerima pekerjaan lain.
b.
Setengah Penganggur Sukarela, yaitu
mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan
atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya
sangat besar.
2.
Pengangguran Berdasarkan Penyebab
Terjadinya
Berdasarkan penggolongan ini pengangguran
dapat dibedakan kepada jenis pengangguran berikut:
a.
Pengangguran Normal atau Friksional
Apabila dalam suatu perekonomian terdapat
pengangguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja, maka
perekonomian itu sudah dianggap mencapai kesempatan kerja penuh (full
employment). Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan
pengangguran normal atau pengangguran friksional.
b.
Pengangguran Siklikal
Perekonomian tidak selalu berkembang dengan
konsisten. Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi dan mendorong pengusaha
menaikkan produksi. Akibatnya, lebih banyak pekerja baru digunakan dan
pengangguran berkurang. Akan tetapi, pada masa lainnya permintaan agregat
menurun dengan sangat banyak.Kemerosotan permintaan agregat ini membuat
perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjaan atau menutup usahanya. Akibatnya,
pengangguran akan bertambah. Kejadian ini terjadi dalam siklus konjungtur suatu
negara yang mengalami masa resesi dan masa depresi perekonomian. Pada masa
resesi dan depresi banyak perusahaan memberhentikan pekerjanya karena
ketidakmampuan untuk memberikan upah sehingga terjadi pengangguaran
besar-besaran. Pengangguran karena hal tersebut dinamakan pengangguran
siklikal.
c.
Pengangguran Struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam
perekonomian akan terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran.
Kemunduran ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor.Pertama, adanya
barang baru yang lebih baik. Kedua, kemajuan teknologi mengurangi permintaan
atas barang tersebut. Ketiga, biaya produksi sudah sangat tinggi dan tidak
mampu bersaing. Keempat, ekspor produksi industri sangat menurun karena
persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemunduran tersebut akan
menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun. Hal ini
menyebabkan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur.
Pengangguran jenis ini disebut sebagai pengangguran struktural atau
pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi.
d.
Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat juga disebabkan oleh adanya
penggantian tenaga kerja oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Contohnya, racun
gulma dan rumput bisa mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan
perkebunan, sawah, dan lahan pertanian lain. Demikian juga, mesin telah
mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang, memotong rumput,
membersihkan lahan, dan memungut hasil.Di pabrik-pabrik, robot telah menggantikan
kerja manusia. Pengangguran yang ditimbulkan oleh pengangguran mesin dan
kemajuan teknologi ini dinamakan pengangguran teknologi.
3.
Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan
cirinya, pengangguran dibedakan menjadi empat yaitu:
a.
Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini terjadi karena
pertambahan lapangan pekerjaan yang lebih rendah daripada pertambahan tenaga
kerja. Akibatnya dalam perekonomian banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh
pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam suatu jangka waktu yang cukup panjang
adalah mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi, mereka menganggur secara
nyata dan sepenuh waktu sehingga dinamakan pengangguran terbuka. Untuk
menghitung berapa besar tingkat pengangguran terbuka, dapat dilakukan dengan rumus
berikut :
b.
Pengangguran Tersembunyi
Di negara berkembang seringkali ditemui jumlah
pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak daripada yang sebenarnya
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan
ini digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya pelayan restoran yang
lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggita keluarga
yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
c.
Pengangguran Bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sekotor
pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak
dapat melakukan pekerjaan dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau para
petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Selain itu, para petani tidak begitu
aktif antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa di
atas para penyadap karet, nelayan, dan petani tidak melakukan pekerjaan lain
maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai
pengangguran bermusim.Untuk menghitung angka pengangguran musiman menggunakan
rumus :
d.
Setengah Menganggur
Di negara-negara berkembang penghijrahan atau
migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua
orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya
terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu.Di samping itu adapula yang tidak
menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka
adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa
kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau
dalam bahasa Inggris: underemployed. Untuk menghitung berapa besar tingkat
setengah menganggur, dapat dilakukan dengan rumus berikut :
2.8.
Penyebab
Terjadinya Pengangguran
Pengangguran
adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan
merupakan yang paling berat. Secara teoritis, pengangguran dapat terjadi karena
beberapa sebab, diantaranya :
1.
Perubahan Struktural.
Seperti disebutkan Reynolds, Masters dan Moser
(1986:269) jenis pengangguran ini terjadi karena mismatch (tak
sepadan/ketidakcocokan) antara kualifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan
dengan persyaratan yang diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya
perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi
kontribusi sektoral terhadap produksi nasional (regional). Bila sektor industri
memberikan kontribusi paling besar terhadap PDB dibanding dengan sektor lainnya,
maka struktur perekonomian tersebut adalah industri, atau sebaliknya (Sadono
Sukirno, 1985). Katakanlah dalam suatu negara atau daerah terjadi pergeseran
struktur ekonomi dari sektor pertanian ke industri. Dampak selanjutnya, adalah
dibutuhkannya kualifikasi tenaga kerja yang cocok di sektor industri. Ketika
persyaratan ini tidak terpenuhi (mismatch), maka tenaga kerja yang ada menjadi
tidak terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi seperti yang
dibutuhkan.
2.
Pengaruh Musim.
Perubahan musim terjadi bukan hanya di sektor
pertanian saja, tetapi sering pula terjadi pada sektor lain. Pada musim liburan
dan tahun baru, misalnya, suasana sektor jasa transportasi dan pariwisata
menjadi sangat sibuk (full employed) dibanding dengan hari-hari biasa. Demikian
pula pada saat menjelang, sedang dan setelah bulan Suci Ramadhan, nampak
permintaan terhadap barang dan jasa meningkat (demand for good) yang
selanjutnya akan membawa dampak otomatis terhadap permintaan tenaga kerja
(derived demand) di sektor yang bersangkutan (Arfida B.R., 2003).
3.
Adanya hambatan (ketidaklancaran)
bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja (pengangguran friksional).
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena
hambatan teknis (misalnya waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak
memiliki informasi yang lengkap tentang lowongan kerja yang ada. Sehingga
mereka kehilangan kesempatan untuk memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin
juga karena situasi kerja (tempat) yang ditempati tidak cocok dengan harapan si
pencari kerja, sehingga membuat pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah
lebih baik tidak bekerja, karena lingkungan kerja tidak kondusif lagi.
Pengangguran jenis ini bisa juga terjadi karena perkembangan (dinamika) ekonomi
yang terus-menerus berubah, sehingga membawa dampak terhadap permintaan tenaga
kerja yang dinamis pula. Artinya pada situasi demikian sangat dibutuhkan tenaga
kerja yang mampu mengikuti perubahan jaman dengan cepat serta mampu melakukan
adaptasi keahlian terhadap tuntutan lingkungan eksternal yang dinamis tersebut.
Bila situasi ini tidak bisa diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan
kerja.
4.
Rendahnya Aliran Investasi
Investasi merupakan komponen aggregate demand
yang mempunyai daya ungkit terhadap perluasan kesempatan kerja. Melalui
mekanisme efek multiplier, perubahan investasi membawa dampak terhadap kenaikan
output (pendapatan). Terdapat beberapa besaran (pengeluran otonom,
seperti halnya investasi) yang mempunyai dampak terhadap meningkatnya output
yaitu pengeluaran konsumsi otonom, investasi otonom, pengeluaran pemerintah dan
ekspor (Gordon, 1993). Secara otomatis meningkatnya output akan membutuhkan
sumberdaya untuk proses produksi (modal, tenaga kerja dan input lainnya).
Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan meningkat ketika terjadi
peningkatan dalam pengeluaran otonom tadi. Hubungan antara kenaikan
output dengan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja) dapat
dijelaskan dengan konsep elastisitas penyerapan tenaga kerja (Payaman J.
Simanjuntak, 1985 : 82) atau dapat ditulis dalam bentuk lain menjadi :
Elastisitas
penyerapan tenaga kerja mencerminkan persentase perubahan tenaga kerja yang
terserap sebagai akibat perubahan laju pertumbuhan ekonomi
(LPE = %ΔQ). Bila koefisien Eks
semakin besar (misalnya lebih besar dari satu atau elastis), ini berarti
persentase kenaikan tenaga kerja yang terserap adalah lebih besar dibanding
dengan laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kondisi inilah yang sangat
diharapkan, karena pola hubungan sedemikian mencerminkan kegiatan ekonomi yang
pada karya (labor intensive). Artinya perubahan kesempatan kerja sangat peka
(sensitif) terhadap perubahan laju pertumbuhan ekonomi (economic growth
rate).
Rumus di atas dapat pula digunakan untuk
melakukan prediksi kebutuhan tenaga kerja pada sektor tertentu untuk perioda
tertentu. Misalnya, bila besarnya koefisien elastisitas penyerapan kerja (Eks)
dan laju pertumbuhan ekonomi (%ΔQ) sudah diketahui (given), maka dengan
menggunakan persamaan (2) laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang
diinginkan (%ΔL) dapat diperkirakan (ceteris paribus). Formula ini dapat pula
diterapkan pada level yang lebih rendah lagi, misalnya Kabupaten, Kota atau
tingkat Kecamatan sekalipun.
5.
Rendahnya Tingkat Keahlian
Keahlian dan produktifitas sangat berkaitan
erat. Orang yang memiliki keahlian akan memiliki produktifitas tinggi, karena
ia mampu memanfaatkan potensi dirinya pada kegiatan ekonomi produktif. Untuk
meningkatkan keahlian dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya adalah melalui
pendidikan dan latihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan
tenaga kerja lewat pembinaan motivasi kerja dan corporate learning (percepatan
belajar perusahaan) (Reynolds, Masters and Moser, 1986; Rose-Nicholl,
2002).
6.
Diskriminasi.
Diskriminasi tidak hanya terjadi pada warna
kulit saja (race discrimination), tetapi bisa terjadi pula pada aspek lain,
misalnya pada sektor pendidikan, ekonomi, hukum, Agama dan lainnya. Misalnya,
ketika perlakukan diskriminatif terjadi di bidang ekonomi, maka kemungkinan
dampak yang akan dirasakan adalah hilangnya kesempatan berusaha dan kesulitan
akses pada sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (modal, alam dan informasi, dll).
Situasi inilah yang pada gilirannya akan menghambat pada penciptaan lapangan
kerja itu sendiri. Jadi beban ketenagakerjaan akan berat sekali ketika
perlakukan disriminatif di bidang ekonomi masih ada. Demikian juga bila akses
pendidikan dan pengembangan SDM tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik,
dampak selanjutnya adalah terpuruknya kualitas SDM, dan dalam jangka panjang
kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.
7.
Laju Pertumbuhan Penduduk
Hal-hal yang
tidak diinginkan dari persoalan kependudukan diantaranya adalah apabila
pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya karakteristik sebagai berikut :
a.
tidak diimbangi dengan sarana dan
prasaranan pendidikan yang memadai,
b.
rendahnya anggaran pendidikan,
c.
rendahnya tingkat kesehatan,
d.
tidak seimbang dengan laju pertumbuhan
kesempatan kerja,
e.
rendahnya pembentukan modal,
f.
rendahnya kualitas tenaga
kependidikan,
g.
rendahnya balas jasa di sektor pendidikan
(gaji, honor, jasa riset, dsb),
h.
rendahnya daya beli masyarakat,
i.
minimnya sumberdaya ekonomi yang bisa
dieksploitasi,
j.
masih rendahnya pemahaman tentang arti
penting pendidikan, dan
k.
rendahnya fasilitas dan kualitas
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
8.
Aggregate Demand Unemployment
Pengangguran ini muncul karena rendahnya
permintaan output ekonomi, sehingga selanjutnya berdampak pada rendahnya
permintaan tenaga kerja (low derived demand). Sebaliknya, bila permintaan
output tinggi (high aggregate demand), bukan hanya akan menghilangkan
pengangguran jenis ini, tetapi malah akan tercipta lebih banyak lagi kesempatan
kerja, bahkan situasi ini dapat mengurangi pengangguran struktural dan
friksional yang terjadi sebelumnya.
Bagi kebanyakan orang kehilangan pekerjaan
berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Yang menjadi
pertanyaan adalah mengapa selalu ada pengangguran? N.Gregory Mankiw seorang
Profesor Ilmu Ekonomi di Harvard University dalam bukunya Macro economics
menyatakan bahwa ada dua alasan adanya pengangguran yaitu: pencarian kerja yang
sesuai dan kekakuan upah riil.
9.
Pencarian Kerja yang Sesuai
Salah satu alasan adanya pengangguran adalah
dibutuhkan waktu untuk mencocokan antara pekerja dengan pekerjaan. Model
ekuilibrium pasar tenaga kerja agregat mengasumsikan bahwa seluruh pekerja dan
seluruh pekerjaan adalah identik, sehingga seluruh pekerja dianggap cocok untuk
seluruh pekerjaan. Jika hal ini benar dan pasar dalam kondisi ekuilibrium, maka
kehilangan pekerjaan tidak menyebabkan pengangguran. Pekerja yang keluar dari
pekerjaannya akan segera mendapatkan pekerjaan baru pada tingkat keseimbangan
pasar. Dalam kenyataannya para pekerja mempunyai preferensi serta kemampuan yang
berbeda, dan pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda. Sementara itu, arus
informasi tentang calon karyawan dan lowongan kerja tidak sempurna. Untuk semua
alasan ini, mencari pekerjaan yang tepat membutuhkan waktu serta usaha dan
cenderung mengurangi tingkat perolehan kerja. Pengangguran yang disebabkan oleh
waktu yang di butuhkan untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional
(friksional unemployment). Pengangguran friksional tidak bisa dielakan
dalam perekonomian yang sedang berubah. Untuk beberapa alasan, jenis-jenis
barang yang di konsumsi perusahaan dan rumah tangga bervariasi sepanjang waktu.
Ketika permintaan terhadap barang bergeser, permintaan terhadap tenaga kerja
yang memproduksi barang-barang tersebut juga berubah. Para ekonomi menyebut
perubahan komposisi permintaan antar industri atau wilayah sebagai pergeseran
sektoral. Pergeseran sektoral bukan satu-satunya penyebab pemutusan hubungan
kerja dan pengangguran friksional. Selain itu para pekerja dapat di PHK ketika
perusahaan mereka bangkrut, ketika kinerja mereka merosot, atau ketika keahlian
mereka tidak dibutuhkan lagi.
10.
Kekakuan Upah Riil
Alasan kedua
adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity). Gagalnya upah
melakukan penyusuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya.
2.9.
Dampak
yang Diakibatkan dari Pengangguran
Bisa dipastikan
bahwa pengangguran yang terjadi akan membawa dampak pada aspek (sektor)
lainnya. Aspek-aspek yang akan terkena langsung adalah kesehatan dan
pendidikan. Karenanya sebagian beban biaya pendidikan dan kesehatan harus
ditanggung (bahkan merupakan kewajiban) pemerintah. Bila pengangguran tersebut
berlangsung cukup lama, maka kemiskinan absolut bahkan kelaparan bisa terjadi.
Dampak lain dari pengangguran di antaranya adalah :
1. Ketimpangan sosial. Ini terjadi karena tidak
seluruh komponen masyarakat menganggur, selalu ada sekelomok masyarakat yang
nasibnya masih beruntung, ia dapat bekerja dengan normal bahkan memperoleh
penghasilan yang berlebih.
2. Kecemburuan sosial. Hal ini terjadi
karena terpicu oleh disparitas sosial yang ada, misalnya ketimpangan
pendapatan, status sosial dan kekuasaan.
3. Meningkatnya budget pemerintah untuk sektor
pendidikan dan kesehatan.
4. Meningkatnya kriminalitas dan kekerasan sosial
lainnya.
5. Munculnya sikap permisif (serba boleh) sebagai
jalan pintas untuk mempertahankan hidup.
6. Tidak lancarnya sistem demokrasi. Karena money
politic lebih dominan.
7. Disharmonisnya sistem rumah tangga, karena
penopang kelangsungan rumah tangga (penghasilan) tidak memadai lagi.
8. Meningkatnya
sex komersial (pelacuran), sebagai representasi sulitnya mencari lapangan
kerja.
9. Melemahnya daya beli, sebagai konsekuensi
langsung dari ketidakberdayaan ekonomi (rendahnya pendapatan rumah tangga).
10. Kekuasaan dan harga diri diukur oleh tingkat
kekayaan dan penghasilan yang dapat diperoleh (seba uang). Sebetulnya ini suatu
kekeliruan yang paling fatal, namun masyarakat cenderung berperilaku seperti
itu. Dirasakan sekali dengan uang segalanya jadi lancar, menyenangkan, status
sosial terangkat dan dihargai orang lain.
Adapun dampak lain yang terjadi karena
pengangguran,
1. Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan
Nasional
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam
suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi
terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan menurun. Pengangguran berdampak
besar terhadap pembangunan nasional. Dampak pengangguran terhadap pembangunan
dapat dilihat melalui hubungan antara pengangguran dan indikator-indikator
berikut ini:
a. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita.
Upah merupakan salah satu komponen dalam
perhitungan pendapatan nasional. Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi,
maka nilai komponen upah akan semakin kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan
nasional pun akan semakin kecil.
b.
Penerimaan Negara. Salah satu sumber
penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak penghasilan
diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat
pengangguran meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan
berkurang. Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.
c. Beban Psikologis. Semakin lama seseorang
menganggur, semakin besar beban psikologis yang harus ditanggung. Secara
psikologis, orang yang menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga
berpengaruh terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Biaya Sosial. Dengan semakin besarnya jumlah
penganggur, semakin besar pula biaya sosial yang harus dikeluarkan. Biaya
sosial itu mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya keamanan,
dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak kejahatan.
2. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian
suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara
pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi
agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu
negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena
pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang
dijelaskan di bawah ini:
a.
Pengangguran bisa menyebabkan
masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal
ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial
(pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh
masyarakat pun akan lebih rendah.
b.
Pengangguran akan menyebabkan
pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi
karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang
harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun,
dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan
pembangunan pun akan terus menurun.
c.
Pengangguran tidak menggalakkan
pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat
akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan
berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan investor (pengusaha)
untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.
3.
Dampak Pengangguran terhadap Individu
yang Mengalaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif
pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada
umumnya:
a.
Pengangguran dapat menghilangkan mata
pencaharian. Di negaranegara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan
keuangan) dari badan asuransi pengangguran. Oleh sebab itu, mereka masih
mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya. Mereka tidak
perlu bergantung kepada tabungan mereka atau bantuan orang lain. Sedangkan di
negara Indonesia, tidak terdapat program asuransi pengangguran. Maka kehidupan
penganggur harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman batnuan
keluarga dan kawan-kawan. Keadaan ini bias menyebabkan pertengkaran dan
kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
b.
Pengangguran dapat menghilangkan
keterampilan. Ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat
dipertahankan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek.
Pengangguran dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan
pekerja menjadi semakin merosot.
c.
Pengangguran akan menimbulkan
ketidakstabilan sosial politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran
yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah.
Golongan yang memerintah semakin tidak popular di mata masyarakat. Berbagai
tuntunan dan kritikan akan dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya
disertai oleh aksi demonstrasi. Karena masyarakat akan berpandangan bahwa
pemerintah tidak melakukan tindakan untuk menanggulanginya kemudian menimbulkan
ketidak percayaan pada pemerintah.
d. Meningkatnya kriminalitas. Mereka yang tidak
memiliki pekerjaan terpaksa melakukan tindakan kriminalitas guna memenuhi
kebutuhannya.
e.
Meningkatnya kemiskinan. Hal ini
karena mereka tidak memiliki lagi sumber pendapatan.
2.10. Solusi Mengatasi Pengangguran
1. Cara mengatasi pengangguran friksional dan
pengangguran voluntary
a.
Proyek padat karya untuk menambah
kesempatan kerja dengan mendirikan industri baru, pembangunan jalan raya,
jembatan, dll.
b. Menarik investor baru dengan cara deregulasi
dan debirokratisasi.
c.
Pengembangan transmigrasi untuk
menambah lapangan kerja baru di bidang agraris dan sektor lain.
2.
Cara mengatasi pengangguran
konjungtural
a. Meningkatkan daya beli mesyarakat sehingga
pasar menjadi ramai dan akan meningkatkan jumlah permintaan. Dengan demikian,
perusahaan harus meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerjanya.
b. Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi
sehingga para investor lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bidang usaha
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
3. Cara mengatasi pengangguran struktural
a.
Menyediakan lapangan kerja untuk
menampung kelebihan tenaga kerja di sektor ekonomi lain pada suatu daerah yang
mengalami perubahan sektor ekonomi.
b. Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang
masih membutuhkan.
c.
Menarik investor, khususnya merangsang
berdirinya industri baru.
4.
Cara mengatasi pengangguran musiman
a. Pelatihan keterampilan lain, selain bidang
yang sudah digeluti. Hal tersebut dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan
lain pada saat musim – musim tertentu (biasanya saat petani meninggu panen).
b. Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada
di sektor lain kepada masyarakat.
5.
Cara mengatasi pengangguran
deflasionar
a. Pelatihan tenaga kerja, terutama diarahkan
untuk tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri, supaya mereka tidak hanya
menjadi tenaga kasar, tetapi minimal menjadi tenaga terampil atau bahkan tenaga
ahli.
b. Seperti cara yang dilakukan untuk mengatasi
pengangguran lain, menarik investor baru sangat perlu dilakukan.
BAB III
PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
Pengangguran di Indonesia kondisinya saat ini
sangat memprihatinkan, banyak sekali terdapat pengangguran di mana-mana.
Penyebab pengangguran di Indonesia ialah terdapat pada masalah sumber daya
manusia itu sendiri dan tentunya keterbatasan lapangan pekerjaan. Indonesia
sendiri menempati urutan ke 133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia,
semakin rendah peringkatnya maka semakin banyak pula jumlah pengangguran yang
terdapat di Negara tersebut. Untuk mengatasi masalah pengangguran ini
pemerintah telah membuat suatu program untuk menampung para pengangguran.
Selain mengharapkan bantuan dari pemerintah sebaiknya kita secara pribadi juga
harus berusaha memperbaiki kualitas sumber daya kita agar tidak menjadi seorang
pengangguran dan menjadi beban pemerintah.
1.2.
Saran
Dari kesimpulan di atas maka kami dapat
menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1.
Memperluas lapangan pekerjaan,
2.
Menginformasikan lowongan pekerjaan
yang ada di sektor lain kepada masyarakat,
3.
Peningkatan mobilitas modal dan tenaga
kerja,
4.
Mempersiapkan masyarakat untuk dapat
mengikuti perkembangan teknologi dengan cara memasukkan materi kurikulum
pelatihan teknologi pada sekolahsekolah,
5.
Segera memindahkan kelebihan tenaga
kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang
kekurangan,
6.
Mengadakan pelatihan tenaga kerja
untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong,
7.
Segera mendirikan industri padat karya
di wilayah yang mengalami pengangguran, dan
8.
Pengembangan transmigrasi untuk
menambah lapangan kerja baru di bidang agraris dan sektor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hubbard,
Ron. 1983. Masalah Pekerjaan.
Bandung: Angkasa Anggota IKAPI.
Keynes, John Maynard.1991. Teori Umum Megenai Kesempatan Kerja, Bungan
dan Uang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mankiw,
N.Gregory. 2003. Teori Ekonomi Makro
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Samuelson, Paul A., dan William D. Nordhaus.
1995. Makro ekonomi Edisi Keempat
belas. Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono.1997. Pengantar Teori Makro ekonomi.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali
Pers.
Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus.
2004. Ilmu Makro Ekonomi.
Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Tjiptoherijanto, Prijono. 1992. Ketenagakerjaan, Kewirausahaan, dan
Pembangunan Ekonomi. PT. Pustaka LP3ES.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja
Grafindo Perrsada.
Susanti, Hera dan Widyanti, Moh. Ihsan. 1998. Indikator-Indikator Makroekonomi.
Jakarta: Lembaga Penerbitan Fak. Eko UI Edisi Ke-3.
http://www.google.co.id
http://www.bps.go.id
http://www.datastatistik-indonesia.com
http://www.dephan.go.id
http://www.jurnal-ekonomi.org
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul
“Pengangguran” ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dampak dari
pengangguran terhadap masyarakat.
Penulis menyadari banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini, hal itu dikarenakan kemampuan penulis yang
terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari dari rekan
rekan , serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan penulisan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para
pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.
Menes, Desember 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar :
Posting Komentar