“ PEMULUNG YANG JUJUR”
Disebuah kota besar tinggal keluarga
kecil yaitu keluarga Bapak Parjo dan Ibu Aminah mereka mempunyai dua orang putri anak yang pertama bernama Safa dan yang
kedua bernama Syifa. Safa duduk dibangku SMA kelas X, sedangkan Syifa belum
masuk Sekolah. Pak Parjo bekerja sebagai Pemulung sampah dan Ibu aminah sebagai
buruh cuci itu pun kalau ada yang mau
memakai jasa Ibu Aminah. Walaupun mereka keluarga miskin tetapi mereka saling
menyangi.
Tiba – tiba Safa datang menghampiri Bapaknya yang sedang duduk
diamben – amben yang berada di depan rumahnya sambil memandangi gedung – gedung
yang tinggi. Bintang – bintang yang bersinar dan langit yang gelap gulita.
“Pak
………. Tadi Safa di panggil oleh guru karena belum melunasi SPP. Kapan Pak ……….
Akan melunasinya?” tanya Safa dengan berat karena Safa tahu bahwa bapak dan
ibunya pasti belum mempunyai Uang
“Nanti
aja Nka ibu sama Bapak belum punya uang”? Ibu dengan perasaan sedih di dalam
hatinya.
“Mungkin
bapak sama ibu belum diberi rizki kalau bapak sama ibu sudah mempunyai uang
pasti akan segera di lunasi, yang sabar aja
“Iya”
………..” Ujar Bapak sambil menyakinkan Safa.
Iya Pak
………….” Safa menjawab dengan perasaan sedih didalam hatinya. Begitu mendengar
penejelasan dan jawaban dari Bapak dan Ibunya Safa langsung pergi kekamar.
“ Pak
…… bagaimana ini………. SPP Safa harus segera di lunasi secepatnya…….., besok juga
beras kita sudah habis mana Sifa lagi sakit ……….! “ Tanya Ibu Aminah yang
sedang duduk disamping Pak Parjo,” Iya Ibu….. Bapak pasti akan mengusahakannya
dan Bapak jga pasti akan bekerja lebih keras lagi “ jawab Pak Parjo sambil
menyakinkan istrinya
Keesokan harinya……….
Bapak
Parjo kembali bekerja dia biasanya berangkat sesudah sholat subuh sebelum
berangkat dia sudah mempersiapkan peralatan yang akan dibawa tetapi dia juga
tidak pernah lupa untuk perpamitan
kepada istri tercinta yaitu Ibu Aminah.
Ketika Pak Parjo sedang mengorek –
ngorek sampah, tiba – tiba dia menemukan sebuah koper di dalam tong sampah
“
Astagfirullah tempat apaan ini “? Ujar Pak Parjo dengan kaget dan terkejut
kemudian dia pergi kembali kerumah dengan tergesa -gesa
“ Ibu
………….”. Teriak Pak Parjo yang masih berada di luar rumah
“ Iya
ada apa Pak “ jawab Ibu Aminah Sambil menghampirinya.
“Nih
lihat Bapak bawa apa ……… “ Ujar Pak Parjo
“ Ni
apa Pak …………..? Tanya ibu Aminah dengan heran” coba buka Pak ……..? Ujar ibu
Aminah. Dengan penasaran” Subhanallah Ibu Uang ……”
Jawab
Pak Parjo dengan terkejut karena melihat uang yang begitu banyak “ uang
Pak……….., tapi ini uang siapa ?” Tanya Ibu aminah dengan curiga,” pasti Bapak
mencuri iya …….? “ Akhirnya Ibu Aminah kembali bartanya
“
Astagfirullah Ibu………bisa berfikiran seperti itu mana mungkin Bapak mencuri,
walaupun kita hanya keluarga miskin kita jangan sampai melakukan hal seperti itu….. karena perbuatan mencuri
itu dosa Bu……… “ Ujar Pak Parjo dengan lantang.
“ Iya
maafkan Ibu,…. Sudah berpikiran seperti itu, ibu percaya pasti Bapak tidak akan
melakukan perbuatan itu…. “ ujar Ibu Aminah dengan perasaan bersalah.
“Coba
lihat Pak kayanya ini alamat pemiliknya ……..! ujar Ibu Aminah
………….
Ke esokan harinya………….
Pak
Parjo pergi untuk mengembalikan Koper yang berhasil dia termukan.
“
Assalamu’alaikum ……….” Ujar Pak Parjo sambil mengetuk Pintu
“
Wa’alaikum salam ….. “ Jawab seorang Laki – laki dari dalam rumah
“ Apa
benar ini rumah Bapak Santoso jalan Perintis 02 Rt 01 / Rw 01 “ Ujar Pak Parjo
sambil membaca alamat yang berhasil dia temukan
“ Iya
benar…………! Dengan saya sendiri…..”
Ujar
Pak Sntoso
“ Ini
Pak …… ini punya Bapakkan …?” tanya Pak parjo sambil memperlihatkan koper yang
berhasil dia temukan
‘ Iya
benar ini milik saya. Bapak mendapatkan koper
ini dari mana …?” Tanya Pak Santoso
“ Saya
mendapatkan koper ini dari dalam tong sampah, ketika saya sedang memungut
sampah………” coba Pak dilihat terlebih dahulu
takut ada yang hilang ……….. “ kata Pak Parjo
“ Gak
ada …. Saya percaya dengan Bapak, terima kasih,. Pak sudah mengembalikan koper
ini….” Kata Bapak Santoso dengan penuh percaya kepada Pak Parjo” ini untuk
Bapak sebagai tanda terimakasih saya “ Ujar Bapak Santoso sambil memberikan
uang.
“ Iya
ama – sama …….., gak usah repot – repot Pak saya Ikhlas ……..” Ujar Pak Parjo
yang menolak pemberian Bapak Santoso.
……………………………Keesokan
harinya ………………….
Kemudian
Bapak Santoso pergi kerumah Pak Perjo untuk melihat aktivtias mereka dan
memberikan hadiah karena atas ketulusan hatinya dan kejujurannya .
Akhirnya Bapak Santoso memutuskan untuk memberikan sebuah rumah yang layak membiayai sekolah ke dua
Putri Bapak Parjo dan Bapak Parjo bekerja di rumah Bapak Santoso, dan akhirnya
keluarga Bapak Parjo bis hidup dengan layak
-
Pesan Moral :
Jadilah seorang yang jujur karena jujur merupakan kunci sukses dalam
menjelaskan kehidupan
SEPATU TONO
Sepulang sekolah kembali mampir untuk sekedar
mamandangi sepatu yang dipajang dietalase toko sepatu “ Baru” itu. Tanpa
berkedip, ia tak henti – henti nya memandangi sepatu itu. Terlihat jelas ada
ada keinginan besar untuk memilikinya karena
memang sepatu yang dipakainya itu sudah rusak dan tidak layak pakai.
Sebenarnya Toni ingin meminta kepada ibunya untuk membeli sepatu baru. Akan
tetapi, ia tidak tega karena sejak ayahnya meninggal dunia, ibu harus
membanting tulang untuk menghidupi keluarga.
“ Ton, kamu suka sepatu itu, ya ?” tanya Rudi yang
tiba –tiba mencul di belakngnya
“ Eh. Kamu, Rudi ! eh….e.. sebenarnay suka ….. tapi
.e…e.. sudahlah” jawab Tono yang enggan melanjutkan pembicaraanya. Mereka pun
akhirnya pulang bersama dengan berjalan kaki
menyusuri pertokoan disepanjang rumah mereka
Dipertigaan
gang mengga, keduanya berpisah kerena letak rumah yang memang berlawan
arah Tono pun berjalan kaki sendiri dan
kembali meneruskan khayalan untuk memiliki sepatu yang ada ditoko tadi.
Di tengah perjalanan menuju rumahnya,
lagkah kaki tono terhenti saat matanya meliat sebuah benda terletak di pinggir
jalan. Setelah diamati ternyata sebuah dompet warna Coklat ! diambilnya dompet
tersebut, kemudian dibuk, wah ternyata isinya SIM, STNK, dan Surat – surat penting lainnya…. Serta uang !
Kini perasaan Tono menjadi bimbang.
Dengan yang sejumlah itu tentu dia langsung bisa membeli sepatu impiannya . itu
pun masih ada sisa yang bisa diberikan kepada Ibu untuk sekedar membantu
mencukupi kebutuhan hidup. Akan tetapi, hati kecil Tono mengatakan lian dia
merasa tidak berhak memiliki dompet dan isinya. Ia yakin pasti si Pemilik
dompet merasa sedih dan bingung karena kehilangan dopet ini.
Seketika tekadnya bulat untuk mengembalikan dompet
tersebut kepada Pemiliknya. Ia merasa
harus membuang jauh pikiran buruk untuk memiliki barang yang bukan
miliknya dan sekaligus memupus impiannya untuk membeli sepatu dengan uang dari
dompet tersebut.
Dengan bekal alamt yang tertera di KTP
yang ada didalam dompet, Tono kemudian mencari alamat rumah pemilik, tak
terlalu sulit untuk menemukan alamt itu karena Tono tau persis lingkungan wilayah tersebut.
Tak berapa lama, akhirnya Toni
menemukan rumah Pak Subroto, si pemilik dompet .sebuah rumah yang bagus dan
bersih dengan taman yang indah kini ada dihadapannya Tono pun mengetuk pintu.
Tak berapa lama seorang laki – laki
membukan pintu.
“
selamat siang, Pak ! Apa benar ini rumahnya Pak Subroto ?” dengan sopan Tono
bertanya kepada Bapak tadi
“Benar,
Nak ! kebetulan saya sendiri…… ada keperluan apa ya ?” tanya Pak subroto yang
kemudian mempersilahkan tamunya untuk masuk kerumah
Setelah duduk, tono menjelaskan maksud
kedatangan nya kepada pak subroto.
“ Sungguh
mulia hatimu, Nak ! terima kasih sekali kamu mau mengembalikan dompet ini ! “
Ucap Pak Subroto dengan rasa syukur dan bahagia.
“ Oh,
ya … tunggu sebentar …….. ini sekedar ucapan syukur Bapak untuk kamu…. Mohon di
terima, Ya,!
Kata
Pak Subroto sambil membuka dompet dan menyodorkan sejumlah uang kepada Tono.
“ Tidak
usah, Pak !.... terima kasih !” Tono menolak dengan halus pemberian Pak
subroto. Meski Pak Subroto memaksa untuk
menerimanya, tetap saja Tono menolak secara halus
“ E….,
Kamu Ton ?” seorang anak sahabat Tono muncul dari ruang belakang dan sempat
menghentikan pembicaraan Tono dan Pak Subroto
“ Eh,
kamu Rud?” sahut Tono terbengong karena heran melihat temannya Rudi ada di
tempat tersebut.
“Pak,
ini Tono teman sekelas Rudi!” jelas Rudi memperkenalkan Tono kepada bapaknya yang
juga keheranan melihat anaknya sudah mengenal tamunya.
Kini Tono menyadari kalau dia telah
menemukan dompet milik ayah Rudi. Akhirnya, terlihat perbincangan bersama,
sampai sekian lama berbincang-bincang, Tono berpamitan. Sebelum pulang, Tono
kembali menolak imbalan yang diberikan pak Subroto
Keesokan harinya, seperti biasa
sepulang dari sekolah Tono berganti baju dikamarnya yang kecil akan tetapi , sebelum melapas baju, matanya
menatap dengan terkejut kesebuah bungkusan rapi yang diletakan di tempat
tidurnya. Lalu dia menghampiri bungkusan itu …. Diatasnya tertulis jelas “ Buat
Tono” dengan rasa deg- degan campur heran, dia lalu membuka bungkusan itu …….
Mata Tono makin terbelalak, dan rasa
tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini muncul, setelah dihadapannya ada
sepatu baru yang selama ini di idam – idamkan ! sejak Tono terdiam. Air matanya
menetes haru.
“ Ton,
tadi ada tamu yang memberikan bungkusan itu untuk kamu !” tiba – tiba ibunya
muncul ditengah keharuan Tono untuk menjelaskan asal barang tersebut”
“Namanya
Pak Subroto !” Lanjut Ibunya kembali menjelaskan tamu yang tadi memberikan
bungkusan buat anaknya itu.
Kini Tono tahu Rudi yang memberi tahu
ayah tentang keinginan terpendam selama ini untuk memiliki sepatu idamannya.
Tono patut bersyukur dan yakin jika Tuhan memberikan jalanlain untuk membalas
buah kejujuran selama ini …..
Sepasang
sepatu baru yang diidamkan selama ini besok pagi sudah siap menemainya
kesekolah.
Tono tak henti – hentinay memeluk
sepatu barunya. Dalam hatinya dia berjanji akan tetap menjungjung tinggi
kejujuran seperti nasihat almarhum ayahnya
“ Teriam kasih, Tuhan ! “ Ucap hati
kecil Tono mengucap Syukur
“ Pesan Moral “ : Kejujuran merupakan kunci
utama untuk meraih kesuksesan atau cita – cita yang selama ini kita impikan.
PAK TUA PEMUNGUT SAMPAH
Setelah mencium tangan Ibu dan
Mengucap salam, Sifa berlari keluar rumah.
Teman – temannya sudah menunggu di halaman depan, ada Fathia, Tary, dan
Rita. Mereka akan pergi ke sekolah bersama – sama. Sifa dan teman – temannya
melambaikan tangan pada Ibu yang melepas kepergian mereka dengan senyum di
depan pintu. Belum jauh melangkah anak – anak itu melihat seorang lelaki tua
sedang mengaduk – ngaduk sampah. Setiap hari Sifa melihat orang - orang itu mengambil sampah lalu menaruhnya di
gerobak dorong tanpa merasa jijik. Sampah – sampah itu bau dan busuk, ada kulit pisang, sayuran busuk, serta
pembungkus, dan lain – lain. Setiap hari Sifa menutup hidung jika bertemu pak
tu itu “ ih bau sekali”
Ka Sifa
“ Aku
jadi ingin muntah …………….” Bisik Rita
“ EH, Bukankah Itu sampah- sampah bekas dari rumah kita juga
? “ Ujar Tary
“ Tapi
kitakan mau lewat, pak tua itu seharusnya berhenti dulu supaya baunya tidak
menyengat” Kata Fathia
“ Iya,
kita lari saja yuk. Begitu gerboak sampah lewat ! supaya tidak kena baunya,”
usul Sifa
“ Yuk”
keempat gadis itu berlari sambil tertawa- tawa
Pak Tua itu mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi Pak Tua itu tidak
peduli apa yang di bicarakan oleh anak – anak itu. Kerena pak tua yakin
pekerjaannya itu baik untuk dirinya. Maupun orang lain, walaupun ke empat
gadis tadi mencemoohnya.
Setiap pagi Pak Tua itu memungut sampah, dan setiap hari pula
Sifa dan teman – temannya selalu membicarakan Pak Tua itu dengan mengejek –
ngejek nya. “ Ih, bau sekali” Kata Sifa
“ Iya
nih. Aku jadi ingin muntah,…………”
Ujar
Rita dan Fathia
Tapi,
Pak Tua pun mengacuhkan ejekan mereka
Sudah
berapa hari, Sifa, Rita, Tary dan Fathia tidak melihat Pak Tua itu,
“Bu,
sampah di depan bau sekali.”
Ujar
sifa seraya menghampiri Ibu yang sedang menggoreng nasi untuk sarpan.
Sifa
masih menggenggam sapu, karena hari ini hari minggu, dia membantu ibu menyapu
lantai. “ Iya, sudah bebarapa hari sampah tidak diambil, soalnya Pak Soleh
sedang sakit. Nanti Sifa antar Ibu
mengenguk beliau ya “ ? kata Ibu
Sifa
sebenarnya tidak mengerti apa yang dikatakan Ibu. Tapi melihat ibu sedang
Repot, Sifa tidak bertanya lagi dan mlenjutkan pekerjaannya. Setelah Ibu
selesai mengerjakan pekerjaan rumah Sifa dan Ibu pergi menjenguk Pak Soleh.
Sifa sangat terkejut ternyata yang dijenguknya itu adalah Pak Tua yang sering
mengambil sampah didepan rumahnya itu, Sifapun merasa bersalah. Keesokan harinya Sifa berangkat
sekolah bersama teman – temannya “ Rita ?”
Panggil
Sifa
“ Iya
jawab Rita
“ Aku
merasa bersalah pada Pak Tua yang sering kita Hina itu, “ Ujar Sifa
Ritapun
terdiam dan Dia juga mulai merasa bersalah “ sifa aku juga merasa bersalah”
kata Rita.
“ Kalau
begitu pulang sekolah nanti kita ke rumah Pak Tua itu untuk meminta Maaf ? “
Tanya Rita
“ Aku
tahu rumah Pak Tua itu., “ Jawab Sifa
“ Ya,
kalau kamu tahu nanti pulang sekolah kita. Ke rumah Pak Tua Itu “ Ajak Fathia
Tiba waktunya pulang sekolah Sifa dan
teman – temanya pergi ke rumah Pak itu,
untuk meminta maaf
“
Assalammualaikum ?” Ucap dan teman – temannya.
“Waalaikum
salam” Jawab Pak Soleh atau yang sering disebut Pak Tua itu”
“
Bagimana keadaan Bapak “? Tanya Sifa
“
Keadaan Bapak sudah lumayan baik “ jawab Pak Soleh dengan tersenyum
“ Pak,
kami kamari. Untuk meminta mafaf Bapak. Kerana kami sudah menghina Bapak “ kata
Sifa mewakili teman – temanya lalu Pak Soleh terdiam, ia tak habis pikir anak –
anak yang selalu mengejeknya datang kerumahnya untuk meminta maaf
“ Pak,
Apa Bapak memaafkan kami ?”
Tanya
Rita.
“ Anak
– anak Bapak sudah memafkan kalian “ jawab Pak Soleh dengan senyuman, Sifa,
Rifa, Fathia , Tary pun merasa bahagia dan lega karena Pak Tua yang sering
mereka hina itu sudah memaafkan mereka semua.
“ Pak,
semoga lekah sembuh dan kembali bekerja seperti biasanya, kami pamit pulang dulu
ya” kata Fathia.
Keesokan harinya Pak Soleh sudah mulai
bekerja seperti biasa yaitu memungut sampah di depan rumah – rumah yang dekat dengan rumahnya. Pada pagi itu
Sifa berserta teman – temanya bertemu dengan Pak Soleh, tapi tampak berbeda
biasanya. Mereka membicarakan dengan
hinaan, tapi pagi itu mereka menyambut Pak Soleh dengan senyuman .
Pesan
Moral
|
:
|
Janganlah
suka meremehkan pekerjaan orang lian, sekecil apapun pekerjaannya harus kita
hargai.
|
PIDATO
Judul : Betapa
Pentingnya Mencari Ilmu
Assalamu’alakum,
Wr .Wb
Allhamdulillahi Robilalamin
washolatu wassalamu ala asrofilambiyai walmursalin wa’ala alihi wasohbihi
azmain ama ba’du
Bapak sekolah yang saya hormati, Ibu
/ Bapak Guru beserta setap tata usaha yang saya hormati, tak lupa juga pada teman
– teman yang saya banggakan.
Segala Puji bagi Allah seru sekalian
alam, Sholawat dan salam semoga di limpahkan kepada Nabi Kita Muhammad Saw,
para Sahabat dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Berdirinya
pentingnya mencari Ilmu.
Sabda Rasulullah
Saw.
Tholabu Ilma
paridhotu ala kuli muslimin wa muslimat
Artinya : mencari
ilmu itu wajib bagi setiap muslimin dan muslimat
Jadi setiap mulsim
di tuntut wajib mencari Ilmu dari semenjak
buayan Ibu sampai keliang lahat. Berarti wajib di atas wajib. Fardu di
atas fardu. Bahkan Rosulullah lebih jauh jangkauannya” carilah ilmu walau kenegeri cina, Al- Ilmu
Nurun yang artinya Imu itu caya pelita
atau cahaya .
Siapa yang mempunyai ilmu ibarat
lagi berjalan dimalam gelap gulita tapi membawa obor yang terang pasti sampai
ketujuannya tidak akan tersesat. Bagitu juga amalan yang tidak disertai ilmu tidak akan di terima Oleh
Allah Swt, itulah pentingnya ilmu.
Saudara kawan sekalian mencari ilmu memang perlu
perjuangan, ketekunan, sabar baik moril atau materil . walaupun pendidikan kita
sangat mahal bagi yang tidak mampu, apapun resikonya harus di tempuh. Karena
Allah Swt, akan mengangkat derajat orang – orang yang berilmu, hidup di dunia harus memakai ilmu, bagitu
juga di akhirat harus memakai ilmu.
Rasullah Saw, bersabda :
Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan
pohon yang tidak berbuah, maka dari itu yang didapat Ilmu pengetahuan dari
sekola ini walaupun sedikit harus kita amalkan semoga ilmu yang kita tentut
bermanfaat bagi nusa bangsa dan agama kita.
Demikian Pidato saya yang sangat
singkat ini. Kurang lebihnya mohon maaf
Wasalam Mualaikum, Wr. Wb
Tidak ada komentar :
Posting Komentar