Blogger Widgets Blogger Widgets ANWAR DEDEMIT KEONG RACUN: CERPEN

Kamis, 12 Desember 2013

CERPEN



“ PEMULUNG YANG JUJUR”

          Disebuah kota besar tinggal keluarga kecil yaitu keluarga Bapak Parjo dan Ibu Aminah mereka mempunyai dua orang  putri anak yang pertama bernama Safa dan yang kedua bernama Syifa. Safa duduk dibangku SMA kelas X, sedangkan Syifa belum masuk Sekolah. Pak Parjo bekerja sebagai Pemulung sampah dan Ibu aminah sebagai buruh  cuci itu pun kalau ada yang mau memakai jasa Ibu Aminah. Walaupun mereka keluarga miskin tetapi mereka saling menyangi.
          Tiba – tiba Safa  datang menghampiri Bapaknya yang sedang duduk diamben – amben yang berada di depan rumahnya sambil memandangi gedung – gedung yang tinggi. Bintang – bintang yang bersinar dan langit yang gelap gulita.
“Pak ………. Tadi Safa di panggil oleh guru karena belum melunasi SPP. Kapan Pak ………. Akan melunasinya?” tanya Safa dengan berat karena Safa tahu bahwa bapak dan ibunya pasti belum mempunyai Uang
“Nanti aja Nka ibu sama Bapak belum punya uang”? Ibu dengan perasaan sedih di dalam hatinya.
“Mungkin bapak sama ibu belum diberi rizki kalau bapak sama ibu sudah mempunyai uang pasti akan segera di lunasi, yang sabar aja
“Iya” ………..” Ujar Bapak sambil menyakinkan Safa.
Iya Pak ………….” Safa menjawab dengan perasaan sedih didalam hatinya. Begitu mendengar penejelasan dan jawaban dari Bapak dan Ibunya Safa langsung pergi kekamar.
“ Pak …… bagaimana ini………. SPP Safa harus segera di lunasi secepatnya…….., besok juga beras kita sudah habis mana Sifa lagi sakit ……….! “ Tanya Ibu Aminah yang sedang duduk disamping Pak Parjo,” Iya Ibu….. Bapak pasti akan mengusahakannya dan Bapak jga pasti akan bekerja lebih keras lagi “ jawab Pak Parjo sambil menyakinkan istrinya
          Keesokan harinya……….
Bapak Parjo kembali bekerja dia biasanya berangkat sesudah sholat subuh sebelum berangkat dia sudah mempersiapkan peralatan yang akan dibawa tetapi dia juga tidak pernah lupa  untuk perpamitan kepada istri tercinta yaitu Ibu Aminah.

          Ketika Pak Parjo sedang mengorek – ngorek sampah, tiba – tiba dia menemukan sebuah koper di dalam tong sampah
“ Astagfirullah tempat apaan ini “? Ujar Pak Parjo dengan kaget dan terkejut kemudian dia pergi kembali kerumah dengan tergesa  -gesa
“ Ibu ………….”. Teriak Pak Parjo yang masih berada di luar rumah
“ Iya ada apa Pak “ jawab Ibu Aminah Sambil menghampirinya.
“Nih lihat Bapak bawa apa ……… “ Ujar Pak Parjo
“ Ni apa Pak …………..? Tanya ibu Aminah dengan heran” coba buka Pak ……..? Ujar ibu Aminah. Dengan penasaran” Subhanallah Ibu Uang ……”
Jawab Pak Parjo dengan terkejut karena melihat uang yang begitu banyak “ uang Pak……….., tapi ini uang siapa ?” Tanya Ibu aminah dengan curiga,” pasti Bapak mencuri iya …….? “ Akhirnya Ibu Aminah kembali bartanya
“ Astagfirullah Ibu………bisa berfikiran seperti itu mana mungkin Bapak mencuri, walaupun kita hanya keluarga miskin kita jangan sampai melakukan  hal seperti itu….. karena perbuatan mencuri itu dosa Bu……… “ Ujar Pak Parjo dengan lantang.
“ Iya maafkan Ibu,…. Sudah berpikiran seperti itu, ibu percaya pasti Bapak tidak akan melakukan perbuatan itu…. “ ujar Ibu Aminah dengan perasaan  bersalah.
“Coba lihat Pak kayanya ini alamat pemiliknya ……..! ujar Ibu Aminah
…………. Ke esokan harinya………….
Pak Parjo pergi untuk mengembalikan Koper yang berhasil dia termukan.
“ Assalamu’alaikum ……….” Ujar Pak Parjo sambil mengetuk Pintu
“ Wa’alaikum salam ….. “ Jawab seorang Laki – laki dari dalam rumah
“ Apa benar ini rumah Bapak Santoso jalan Perintis 02 Rt 01 / Rw 01 “ Ujar Pak Parjo sambil membaca alamat yang berhasil dia temukan
“ Iya benar…………! Dengan saya sendiri…..”
Ujar Pak Sntoso
“ Ini Pak …… ini punya Bapakkan …?” tanya Pak parjo sambil memperlihatkan koper yang berhasil dia temukan
‘ Iya benar ini milik saya. Bapak mendapatkan koper  ini dari mana …?” Tanya Pak Santoso
“ Saya mendapatkan koper ini dari dalam tong sampah, ketika saya sedang memungut sampah………” coba Pak dilihat terlebih dahulu  takut ada yang hilang ……….. “ kata Pak Parjo
“ Gak ada …. Saya percaya dengan Bapak, terima kasih,. Pak sudah mengembalikan koper ini….” Kata Bapak Santoso dengan penuh percaya kepada Pak Parjo” ini untuk Bapak sebagai tanda terimakasih saya “ Ujar Bapak Santoso sambil memberikan uang.
“ Iya ama – sama …….., gak usah repot – repot Pak saya Ikhlas ……..” Ujar Pak Parjo yang menolak pemberian  Bapak Santoso.
……………………………Keesokan harinya ………………….
Kemudian Bapak Santoso pergi kerumah Pak Perjo untuk melihat aktivtias mereka dan memberikan hadiah karena atas ketulusan hatinya dan kejujurannya .
          Akhirnya Bapak Santoso  memutuskan untuk memberikan  sebuah rumah yang layak membiayai sekolah ke dua Putri Bapak Parjo dan Bapak Parjo bekerja di rumah Bapak Santoso, dan akhirnya keluarga Bapak Parjo bis hidup dengan layak

-      Pesan Moral  : Jadilah seorang yang jujur karena jujur merupakan kunci sukses dalam menjelaskan kehidupan




SEPATU TONO

          Sepulang  sekolah kembali mampir untuk sekedar mamandangi sepatu yang dipajang dietalase toko sepatu “ Baru” itu. Tanpa berkedip, ia tak henti – henti nya memandangi sepatu itu. Terlihat jelas ada ada keinginan besar untuk memilikinya karena  memang sepatu yang dipakainya itu sudah rusak dan tidak layak pakai. Sebenarnya Toni ingin meminta kepada ibunya untuk membeli sepatu baru. Akan tetapi, ia tidak tega karena sejak ayahnya meninggal dunia,  ibu harus  membanting tulang untuk menghidupi keluarga.
“ Ton, kamu suka sepatu itu, ya ?” tanya Rudi yang tiba –tiba mencul di belakngnya
“ Eh. Kamu, Rudi ! eh….e.. sebenarnay suka ….. tapi .e…e.. sudahlah” jawab Tono yang enggan melanjutkan pembicaraanya. Mereka pun akhirnya pulang bersama  dengan  berjalan kaki  menyusuri pertokoan disepanjang rumah mereka
          Dipertigaan gang mengga, keduanya berpisah kerena letak rumah yang memang berlawan arah  Tono pun berjalan kaki sendiri dan kembali meneruskan khayalan untuk memiliki sepatu yang ada ditoko tadi.
          Di tengah perjalanan menuju rumahnya, lagkah kaki tono terhenti saat matanya meliat sebuah benda terletak di pinggir jalan. Setelah diamati ternyata sebuah dompet warna Coklat ! diambilnya dompet tersebut, kemudian dibuk, wah ternyata isinya SIM, STNK, dan Surat – surat  penting lainnya…. Serta uang !
          Kini perasaan Tono menjadi bimbang. Dengan yang sejumlah itu tentu dia langsung bisa membeli sepatu impiannya . itu pun masih ada sisa yang bisa diberikan kepada Ibu untuk sekedar membantu mencukupi kebutuhan hidup. Akan tetapi, hati kecil Tono mengatakan lian dia merasa tidak berhak memiliki dompet dan isinya. Ia yakin pasti si Pemilik dompet merasa sedih dan bingung karena kehilangan dopet ini.
          Seketika  tekadnya bulat untuk mengembalikan dompet tersebut kepada Pemiliknya. Ia merasa  harus membuang jauh pikiran buruk untuk memiliki barang yang bukan miliknya dan sekaligus memupus impiannya untuk membeli sepatu dengan uang dari dompet tersebut.
          Dengan bekal alamt yang tertera di KTP yang ada didalam dompet, Tono kemudian mencari alamat rumah pemilik, tak terlalu sulit untuk menemukan alamt itu karena Tono tau persis  lingkungan wilayah tersebut.
          Tak berapa lama, akhirnya Toni menemukan rumah Pak Subroto, si pemilik dompet .sebuah rumah yang bagus dan bersih dengan taman yang indah kini ada dihadapannya Tono pun mengetuk pintu. Tak berapa lama seorang  laki – laki membukan pintu.
“ selamat siang, Pak ! Apa benar ini rumahnya Pak Subroto ?” dengan sopan Tono bertanya kepada Bapak tadi
“Benar, Nak ! kebetulan saya sendiri…… ada keperluan apa ya ?” tanya Pak subroto yang kemudian mempersilahkan tamunya untuk masuk kerumah
          Setelah duduk, tono menjelaskan maksud kedatangan nya kepada pak subroto.
“ Sungguh mulia hatimu, Nak ! terima kasih sekali kamu mau mengembalikan dompet ini ! “ Ucap Pak Subroto dengan rasa syukur dan bahagia.
“ Oh, ya … tunggu sebentar …….. ini sekedar ucapan syukur Bapak untuk kamu…. Mohon di terima, Ya,!
Kata Pak Subroto sambil membuka dompet dan menyodorkan sejumlah uang kepada Tono.
“ Tidak usah, Pak !.... terima kasih !” Tono menolak dengan halus pemberian Pak subroto. Meski Pak Subroto memaksa  untuk menerimanya, tetap saja Tono menolak secara halus
“ E…., Kamu Ton ?” seorang anak sahabat Tono muncul dari ruang belakang dan sempat menghentikan pembicaraan Tono dan Pak Subroto
“ Eh, kamu Rud?” sahut Tono terbengong karena heran melihat temannya Rudi ada di tempat tersebut.
“Pak, ini Tono teman sekelas Rudi!” jelas Rudi memperkenalkan Tono kepada bapaknya yang juga keheranan melihat anaknya sudah mengenal tamunya.
          Kini Tono menyadari kalau dia telah menemukan dompet milik ayah Rudi. Akhirnya, terlihat perbincangan bersama, sampai sekian lama berbincang-bincang, Tono berpamitan. Sebelum pulang, Tono kembali menolak imbalan yang diberikan pak Subroto
          Keesokan harinya, seperti biasa sepulang dari sekolah Tono berganti baju dikamarnya yang kecil  akan tetapi , sebelum melapas baju, matanya menatap dengan terkejut kesebuah bungkusan rapi yang diletakan di tempat tidurnya. Lalu dia menghampiri bungkusan itu …. Diatasnya tertulis jelas “ Buat Tono” dengan rasa deg- degan campur heran, dia lalu membuka bungkusan itu …….
          Mata Tono makin terbelalak, dan rasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini muncul, setelah dihadapannya ada sepatu baru yang selama ini di idam – idamkan ! sejak Tono terdiam. Air matanya menetes haru.
“ Ton, tadi ada tamu yang memberikan bungkusan itu untuk kamu !” tiba – tiba ibunya muncul ditengah keharuan Tono untuk menjelaskan asal barang tersebut”
“Namanya Pak Subroto !” Lanjut Ibunya kembali menjelaskan tamu yang tadi memberikan bungkusan buat anaknya itu.
          Kini Tono tahu Rudi yang memberi tahu ayah tentang keinginan terpendam selama ini untuk memiliki sepatu idamannya. Tono patut bersyukur dan yakin jika Tuhan memberikan jalanlain untuk membalas buah kejujuran selama ini …..
Sepasang sepatu baru yang diidamkan selama ini besok pagi sudah siap menemainya kesekolah.
          Tono tak henti – hentinay memeluk sepatu barunya. Dalam hatinya dia berjanji akan tetap menjungjung tinggi kejujuran seperti nasihat almarhum ayahnya
          “ Teriam kasih, Tuhan ! “ Ucap hati kecil Tono mengucap Syukur

 “ Pesan Moral “ : Kejujuran merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan atau cita – cita yang selama ini kita impikan. 



PAK TUA PEMUNGUT SAMPAH

          Setelah mencium tangan Ibu dan Mengucap salam, Sifa berlari keluar rumah.  Teman – temannya sudah menunggu di halaman depan, ada Fathia, Tary, dan Rita. Mereka akan pergi ke sekolah bersama – sama. Sifa dan teman – temannya melambaikan tangan pada Ibu yang melepas kepergian mereka dengan senyum di depan pintu. Belum jauh melangkah anak – anak itu melihat seorang lelaki tua sedang mengaduk – ngaduk sampah. Setiap hari Sifa melihat orang  - orang itu mengambil sampah lalu menaruhnya di gerobak dorong tanpa merasa jijik. Sampah – sampah itu bau dan  busuk, ada kulit pisang, sayuran busuk, serta pembungkus, dan lain – lain. Setiap hari Sifa menutup hidung jika bertemu pak tu itu “ ih bau sekali”
Ka Sifa
“ Aku jadi ingin muntah …………….” Bisik Rita
“ EH, Bukankah  Itu sampah- sampah bekas dari rumah kita juga ? “ Ujar Tary
“ Tapi kitakan mau lewat, pak tua itu seharusnya berhenti dulu supaya baunya tidak menyengat” Kata Fathia
“ Iya, kita lari saja yuk. Begitu gerboak sampah lewat ! supaya tidak kena baunya,” usul Sifa
“ Yuk” keempat gadis itu berlari sambil tertawa- tawa 
          Pak Tua itu mendengar apa yang  mereka bicarakan, tetapi Pak Tua itu tidak peduli apa yang di bicarakan oleh anak – anak itu. Kerena pak tua yakin pekerjaannya itu baik untuk dirinya. Maupun orang lain, walaupun ke empat gadis  tadi mencemoohnya.
          Setiap pagi Pak Tua  itu memungut sampah, dan setiap hari pula Sifa dan teman – temannya selalu membicarakan Pak Tua itu dengan mengejek – ngejek nya. “ Ih, bau sekali” Kata Sifa
“ Iya nih. Aku jadi ingin muntah,…………”
Ujar Rita dan Fathia
Tapi, Pak Tua pun mengacuhkan ejekan mereka
          Sudah  berapa hari, Sifa, Rita, Tary dan Fathia tidak melihat Pak Tua itu,
“Bu, sampah di depan bau sekali.”
Ujar sifa seraya menghampiri Ibu yang sedang menggoreng nasi untuk sarpan.
Sifa masih menggenggam sapu, karena hari ini hari minggu, dia membantu ibu menyapu lantai. “ Iya, sudah bebarapa hari sampah tidak diambil, soalnya Pak Soleh sedang sakit. Nanti Sifa antar  Ibu mengenguk beliau ya “ ? kata Ibu
Sifa sebenarnya tidak mengerti apa yang dikatakan Ibu. Tapi melihat ibu sedang Repot, Sifa tidak bertanya lagi dan mlenjutkan pekerjaannya. Setelah Ibu selesai mengerjakan pekerjaan rumah Sifa dan Ibu pergi menjenguk Pak Soleh. Sifa sangat terkejut ternyata yang dijenguknya itu adalah Pak Tua yang sering mengambil sampah didepan rumahnya itu, Sifapun merasa  bersalah. Keesokan harinya Sifa berangkat sekolah bersama teman – temannya “ Rita ?”
Panggil Sifa
“ Iya jawab Rita
“ Aku merasa bersalah pada Pak Tua yang sering kita Hina itu, “ Ujar Sifa
Ritapun terdiam dan Dia juga mulai merasa bersalah “ sifa aku juga merasa bersalah” kata Rita.
“ Kalau begitu pulang sekolah nanti kita ke rumah Pak Tua itu untuk meminta Maaf ? “ Tanya Rita
“ Aku tahu rumah Pak Tua itu., “ Jawab Sifa
“ Ya, kalau kamu tahu nanti pulang sekolah kita. Ke rumah Pak Tua Itu “ Ajak Fathia
          Tiba waktunya pulang sekolah Sifa dan teman – temanya pergi ke rumah Pak itu,  untuk meminta maaf
“ Assalammualaikum ?” Ucap dan teman – temannya.
“Waalaikum salam” Jawab Pak Soleh atau yang sering disebut Pak Tua itu”
“ Bagimana keadaan Bapak “? Tanya Sifa
“ Keadaan Bapak sudah lumayan baik “ jawab Pak Soleh dengan tersenyum
“ Pak, kami kamari. Untuk meminta mafaf Bapak. Kerana kami sudah menghina Bapak “ kata Sifa mewakili teman – temanya lalu Pak Soleh terdiam, ia tak habis pikir anak – anak yang selalu mengejeknya datang kerumahnya untuk meminta maaf
“ Pak, Apa Bapak memaafkan kami ?”
Tanya Rita.
“ Anak – anak Bapak sudah memafkan kalian “ jawab Pak Soleh dengan senyuman, Sifa, Rifa, Fathia , Tary pun merasa bahagia dan lega karena Pak Tua yang sering mereka hina itu sudah memaafkan mereka semua.
“ Pak, semoga lekah sembuh dan kembali bekerja seperti biasanya, kami pamit pulang dulu ya” kata Fathia.
          Keesokan harinya Pak Soleh sudah mulai bekerja seperti biasa yaitu memungut sampah di depan rumah – rumah  yang dekat dengan rumahnya. Pada pagi itu Sifa berserta teman – temanya bertemu dengan Pak Soleh, tapi tampak berbeda biasanya.  Mereka membicarakan dengan hinaan, tapi pagi itu mereka menyambut Pak Soleh dengan senyuman .

Pesan Moral
:
Janganlah suka meremehkan pekerjaan orang lian, sekecil apapun pekerjaannya harus kita hargai.


 

 



PIDATO

Judul : Betapa Pentingnya Mencari Ilmu

            Assalamu’alakum, Wr .Wb
            Allhamdulillahi Robilalamin washolatu wassalamu ala asrofilambiyai walmursalin wa’ala alihi wasohbihi azmain ama ba’du
            Bapak sekolah yang saya hormati, Ibu / Bapak Guru beserta setap tata usaha yang saya hormati, tak lupa juga pada teman – teman yang saya banggakan.
            Segala Puji bagi Allah seru sekalian alam, Sholawat dan salam semoga di limpahkan kepada Nabi Kita Muhammad Saw, para Sahabat dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Berdirinya pentingnya mencari Ilmu.
Sabda Rasulullah Saw.
Tholabu Ilma paridhotu ala kuli muslimin wa muslimat
Artinya : mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslimin dan muslimat
Jadi setiap mulsim di tuntut wajib mencari Ilmu dari semenjak  buayan Ibu sampai keliang lahat. Berarti wajib di atas wajib. Fardu di atas fardu. Bahkan Rosulullah lebih jauh jangkauannya”  carilah ilmu walau kenegeri cina, Al- Ilmu Nurun yang artinya  Imu itu caya pelita atau cahaya .
            Siapa yang mempunyai ilmu ibarat lagi berjalan dimalam gelap gulita tapi membawa obor yang terang pasti sampai ketujuannya tidak akan tersesat. Bagitu juga amalan yang  tidak disertai ilmu tidak akan di terima Oleh Allah Swt, itulah pentingnya ilmu.
            Saudara  kawan sekalian mencari ilmu memang perlu perjuangan, ketekunan, sabar baik moril atau materil . walaupun pendidikan kita sangat mahal bagi yang tidak mampu, apapun resikonya harus di tempuh. Karena Allah Swt, akan mengangkat derajat orang – orang yang berilmu,  hidup di dunia harus memakai ilmu, bagitu juga di akhirat harus memakai ilmu.
            Rasullah Saw, bersabda :
            Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah, maka dari itu yang didapat Ilmu pengetahuan dari sekola ini walaupun sedikit harus kita amalkan semoga ilmu yang kita tentut bermanfaat bagi nusa bangsa dan agama kita.
            Demikian Pidato saya yang sangat singkat ini. Kurang lebihnya mohon maaf
            Wasalam Mualaikum, Wr. Wb
 

Tidak ada komentar :